MAKALAH KEGIATAN
STUDY TOUR
MUSEUM GEOLOGI
BANDUNG, MUSEUM POS INDONESIA, MUSEUM ASIA AFRIKA BERKONSEP PENDIDIKAN
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami
panjatkan kehadirat Allah SWT karena dengan segala Rahmat dan KaruniaNya, kami
diberi kesempatan untuk menyelesaikan makalah tentang ”STUDY TOUR MUSEUM
GEOLOGI BANDUNG, MUSEUM POS INDONESIA DAN MUSEUM KONPERENSI ASIA AFRIKA
BERKONSEP PENDIDIKAN” ini.Tidak lupa kami ucapkan terima kasih kepada guru
pembimbing dan teman-teman yang telah memberi dukungan dalam menyelesaikan
makalah ini dengan baik.
Makalah ini disusun
sebagai bentuk proses belajar mengembangkan kemampuan siswa. Kami menyadari dalam
pembuatan makalah ini masih banyak kekurangan dan kesalahan,oleh karena itu
kami mengharap kritik dan saran yang membangun demi perbaikan kami di masa yang
akan datang.
Kami berharap semoga
dengan selesainya makalah ini,dapat bermanfaat bagi pembaca dan teman-teman,
khususnya dalam memperluas wawasan dan ilmu pengetahuan.
Atas perhatian dan
kerja sama teman-teman beserta para pembimbing kami ucapkan terima kasih.
Ciamis,
Februari 2017
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Karya Wisata atau study tour adalah kegiatan
wisata yang dilakukan dengan tujuan untuk menambah pengetahuan siswa serta
menambah pengalaman. Setelah karya wisata kami laksanakan, siswa diwajibkan
untuk membuat karya tulis. Karya tulis adalah hasil dari suatu kegiatan yang
telah dilaksanakan.
Laporan karya tulis ini merupakan tugas bagi kelas
VIII SMP 1 Sepatan. Dalam penyusunan karya tulis ini, siswa diharapkan dapat
melaporkan segala pengetahuan dan pengalamannya yang diperoleh selama
menjalankan study tour ini.
Adapun objek wisata yang penulis tuju adalah
Museum Geologi merupakan salah satu objek wisata yang cocok sekali untuk di
jadikan study pengamatan, karena museum memiliki sejarah di Indonesia yang
tepat bagi pelajar untuk diamati oleh pelajari SMPN 1 Sepatan. Penulis memilih
karya tulis ini karena merupakan objek yang bagus dan berdasarkan hasil
observasi dan penelitian pada study tour.
Museum ini banyak sekali peninggalan-peninggalan jaman Purba Kala yang
sangat bermanfaat. “Paris Van Java” adalah sebutan bagi kota Bandung karena di
ibaratkan sebagai parisnya Indonesia. Keindahan pemandangan alam serta
bangunan-bangunan bersejarah di Kota Bandung sangat memikat para wisatawan
untuk mengunjunginya dan banyak nilai manfaat yang positif, oleh karena itu
penulis mengambil judul karya tulis “MUSEUM GEOLOGI BANDUNG, MUSEUM POS
INDONESIA, MUSEUM SRI BADUGA BERKONSEP PENDIDIKAN”. Penulis mengharapkan dari
adanya penulisan karya tulis ini diharapkan pembaca terdorong untuk bisa lebih
mencintai bangsa Indonesia tercinta.
1.2 Rumusan Masalah
Agar untuk memudahkan pembahasan penulis membagi
permasalahan dan bentuk pertanyaan sebagai berikut :
1.
Apa sajakah yang
terdapat di Museum Geologi Bandung ?
2.
Dimanakah letak
Museum Pos Indonesia ?
3.
Peningggalan
sejarah apa saja yang terdapat di Museum Pos Indonesia?
4.
Apa sejarah dari
Museum Sri Baduga ?
5.
Apa sajakah yang
terdapat pada Museum Sri Baduga ?
1.3 Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan dalam perumusan karya tulis ini
adalah :
1.
Sebagai salah
satu tugas lintas mata mata pelajaran untuk sebagai nilai tambahan.
2.
Untuk dapat
lebih memahami dan mendalami tentang analisis dari Museum Geologi
3.
Untuk menambah
wawasan tentang kaidah yang terdapat di Museum Geologi.
4.
Berlatih membuat
makalah.
5.
Menambah
pengalaman dan pengembangan bakat.
6.
Membiasakan/menanamkan
kebiasaan menulis dengan bahasa Indonesia dengan baik dan benar.
BAB
II
KAJIAN
PUSTAKA
2.1 Pengertian Museum
Menurut Wikipedia bahwa museum adalah institusi
permanen, nirlaba, melayani kebutuhan publik, dengan sifat terbuka, dengan cara
melakukan usaha pengoleksian, mengkonservasi, meriset, mengomunikasikan, dan
memamerkan benda nyata kepada masyarakat untuk kebutuhan studi, pendidikan, dan
kesenangan. Karena itu ia bisa menjadi bahan studi oleh kalangan akademis,
dokumentasi kekhasan masyarakat tertentu, ataupun dokumentasi dan pemikiran
imajinatif pada masa depan. Sejak tahun 1977, setiap tanggal 18 Mei diperingati
sebagai Hari Museum Internasional.
Berdasarkan Peraturan Pemerintah RI No. 19 Tahun
1995, museum adalah lembaga, tempat penyimpanan, perawatan, pengamanan dan
pemanfaatan benda-benda bukti materiil hasil budaya manusia serta alam dan
lingkungannya guna menunjang upaya perlindungan dan pelestarian kekayaan budaya
bangsa.
Sedang menurut ICOM (International Council of
Museum) dalam musyawarah ke II di Copenhagen 14 Juni 1974 merumuskan: ‘a museum
is non profit making, permanent institution in service of society and of its
development, and open the public, which aquires, conserves, communicates, and
exhibit for purpose of study, education and enjoyment, material evidence of
human and enviroment’.
Definisi tersebut menjelaskan bahwa museum adalah
sebuah lembaga yang bersifat tetap, tidak mencari keuntungan, melayani
masyarakat, dan perkembangannya, terbuka untuk umum yang memperoleh, merawat,
menghubungkan dan memamerkan, untuk tujuan studi, pendidikan dan rekreasi,
barang pembuktian manusia dan lingkungannya.
Melengkapi pengertian museum seperti yang telah
diuraikan diatas, ICOM menjelaskan bahwa museum meliputi:
Ø Lembaga-lembaga
konservasi dan ruangan-ruangan pameran yang secara ketat diselenggarakan oleh
perpustakaan dan pusat-pusat kearsipan;
Ø Peninggalan
dan tempat-tempat alamiah, arkeologi dan etnografis, peninggalan dan tempat
bersejarah yang mempunyai corak museum, karena kegiatan-kegiatannya dalam hal
pengadaan, perawatan dan komunikasinya dengan masyarakat;
Ø Lembaga-lembaga
yang memamerkan makhluk-makhluk hidup seperti, kebun tanaman dan binatang,
aquarium, dsb;
Ø Suaka
alam;
Ø Pusat-pusat
pengetahuan dan planetarium.
Berpijak pada definisi di atas, maka tugas museum sebagai
berikut :
Ø Mengumpulkan
benda-benda koleksi, merawat dan mengawetkannya, memamerkan benda-benda
koleksi, serta menghubungkannya;
Ø Kepada
pengunjung dengan berbagai cara, baik berupa buku terbitan, ceramah, seminar,
diskusi, dan lomba yang berhubungan dengan museum;
Ø Mengadakan
bimbingan edukatif cultural kepada siswa dan masyarakat.
.
2.2 Sejarah Museum
Secara etimologis, museum berasal dari kata
Yunani, Μουσεῖον
atau mouseion, yang sebenarnya merujuk kepada nama kuil untuk sembilan Dewi
Muses, anak-anak Dewa Zeus yang melambangkan ilmu dan kesenian. Bangunan lain
yang diketahui berhubungan dengan sejarah museum adalah bagian kompleks
perpustakaan yang dibangun khusus untuk seni dan sains, terutama filsafat dan
riset di Alexandria oleh Ptolemy I Soter pada tahun 280 SM.
Di Indonesia, museum yang pertama kali dibangun
adalah Museum Radya Pustaka. Selain itu dikenal pula Museum Gajah yang dikenal
sebagai yang terlengkap koleksinya di Indonesia, Museum Wayang, Persada
Soekarno, Museum Tekstil serta Galeri Nasional Indonesia yang khusus menyajikan
koleksi seni rupa modern Indonesia.
2.3 Manfaat Museum
Definisi museum dewasa ini Sebuah lembaga yang
bersifat tetap, tidak mencari keuntungan, melayani masyarakat dan
pengembangannya, terbuka untuk umum, yang memperoleh, merawat, menghubungkan
dan memamerkan, untuk tujuan-tujuan studi, pendidikan dan kesenangan,
barang-barang pembuktian manusia dan lingkungannya. Musem mempunyai manfaat
sebagai berikut:
a)
Museum sebagai
media pembelajaran sejarah
b)
Dalam museum
tersebut terdapat koleksi dari zaman ke
zaman .
c)
Melalui
kelengkapan koleksi dalam berbagai museum tesebut kita dapat mengetahui sejarah bangsa kita.
d)
Museum atau gedung
yang digunakan sebagai tempat untuk pameran tetap benda-benda yang patut
mendapat perhatian umum, seperti peninggalan sejarah, seni, dan ilmu; tempat
menyimpan barang kuno dari seluruh pelosok negeri kita ini.
2.4 Fungsi Museum
Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun
1995 : dalam Pedoman Museum Indoneisa,2008. museum memiliki tugas menyimpan,
merawat, mengamankan dan memanfaatkan koleksi museum berupa benda cagar budaya.
Dengan demikian museum memiliki dua fungsi besar yaitu :
Sebagai tempat pelestarian, museum harus melaksanakan kegiatan sebagai berikut :
1.
Penyimpanan,
yang meliputi pengumpulan benda untuk menjadi koleksi, pencatatan koleksi,
sistem penomoran dan penataan koleksi.
2.
Perawatan, yang
meliputi kegiatan mencegah dan menanggulangi kerusakan koleksi.
3.
Pengamanan, yang
meliputi kegiatan perlindungan untuk menjaga koleksi dari gangguan atau
kerusakan oleh faktor alam dan ulah manusia.
4.
Sebagai sumber
informasi, museum melaksanakan kegiatan pemanfaatan melalui penelitian dan
penyajian.
5.
Penelitian
dilakukan untuk mengembangkan kebudayaan nasional, ilmu pengetahuan dan
teknologi.
6.
Penyajian harus
tetap memperhatikan aspek pelestarian dan pengamanannya.
BAB
III
PEMBAHASAN
6.1. MUSEUM GEOLOGI BANDUNG
Museum Geologi Bandung adalah sebuah museum yang
sudah menjadi bangunan bersejarah di kota Bandung, sehingga menarik minat
banyak wisatawan. Museum yang dilindungi dan dirawat oleh pemerintah ini
dibangun pada tanggal 16 Mei 1928 dan sempat direnovasi dengan dana bantuan
dari Jepang sehingga saat ini tetap dalam kondiri baik sebagai tempat wisata
yang layak dikunjungi di Bandung. Setelah renovasi, Museum Geologi Bandung
dibuka kembali oleh Megawati Soekarnoputri pada tanggal 23 Agustus 2000.
Selain
sering mendapatkan kunjungan wisata, Museum Geologi Bandung juga sering kali
menjadi tempat tujuan study tour sekolah-sekolah yang berlokasi di kota Bandung
dan sekitarnya. Hal ini dikarenakan koleksi yang dimiliki Museum Geologi
Bandung sangat berguna untuk pendidikan serta mempunyai nilai-nilai sejarah
kehidupan dan pelestarian alam yang sangat mendidik. Koleksi yang dimiliki oleh
Museum Geologi Bandung yaitu bebatuan, fosil, dan mineral. Di tempat ini
pengunjung juga dapat mempelajari banyak hal yang berhubungan dengan bencana
alam, bumi, pemanfaatan sumber daya dengan benar, cara mengolah energi, dan
lain-lain.
Museum
Geologi Bandung dari luar terlihat seperti gedung pada umumnya, namun di
dalamnya menyimpan banyak sekali benda menarik yang tidak dapat ditemukan di
tempat wisata lain. Museum ini dibagi menjadi 2 lantai dengan fungsi dan
koleksi yang berbeda-beda pada setiap lantai dan ruangannya. Ada apa saja di
museum yang dirancang oleh arsitek Belanda ini?
Lantai
1 Museum Geologi Bandung
Lantai 1 Museum Geologi Bandung terbagi menjadi 3 ruangan
yang berbeda, yaitu ruangan tengah, barat, dan timur.
Isi
ruang tengah:
Ø Animasi
kegiatan geologi dan kegiatan museum dalam layar lebar
Ø Pelayanan
informasi museum
Ø Pelayanan
pendidikan dan penelitian
Isi
ruang barat:
Ø Hipotesis
terjadinya bumi
Ø Sistem
tata surya
Ø Tatanan
tektonik regional
Ø Maket
pergerakan lempeng-lempeng aktif kulit bumi
Ø Keadaan
geologi Indonesia
Ø Fosil
manusia purba
Ø Sejarah
evolusi manusia menurut teori evolusi Darwin
Ø Berbagai
jenis bebatuan: batuan beku, sedimen, dan malihan
Ø Pemetaan
sumber daya mineral di Indonesia
Ø Berbagai
jenis peralatan dan perlengkapan lapangan
Ø Sarana
pemetaan dan penelitian
Ø Hasil
akhir kegiatan, misalnya peta geologi, geofisika, geomorfologi, gunung api,
seismotektonik dan lain-lain
Ø Pertunjukkan
keadaan gunung berapi aktif di Indonesia, misalnya: Gunung Tangkuban Perahu,
Gunung Krakatau, Gunung Merapi, dan lain-lain.
Ø Bebatuan
hasil kegiatan gunung api
Isi
ruang timur:
Ø Sejarah
perkembangan dan pertumbuhan makhluk hidup yang mendiami planet bumi dari masa
primitif sampai dengan masa modern
Ø Fosil
dinosaurus Tyrannosaurus Rex Osborn
Ø Kumpulan
tengkorak manusia purba yang pernah ditemukan di Indonesia
Ø Artefak
yang digunakan manusia purba, mencerminkan perkembangan kebudayaan dari waktu
ke waktu
Ø Sejarah
pembentukan Danau Bandung
Ø Fosil
ikan dan ular yang ditemukan dalam lapisan tanah Danau Bandung
Ø Artefak
yang ditemukan di pinggir Danau Bandung
Ø Informasi
proses pembentukan fosil
Ø Informasi
proses pembentukan batubara dan minyak bumi
Ø Informasi
keadaan lingkungan purba
Lantai
2 Museum Geologi Bandung
Lantai 2 Museum Geologi Bandung terbagi menjadi 3 bagian
utama, yaitu bagian tengah, barat, dan timur.
Isi
ruang tengah:
Ø Maket
tambang emas paling besar di dunia yang berlokasi di Irian Jaya
Ø Bebatuan
asal Papua (Irian Jaya)
Ø Miniatur
pengeboran minyak bumi
Ø Miniatur
pengeboran gas bumi
Isi
ruang barat:
Ruangan untuk staf Museum Geologi Bandung
Isi
ruang timur:
Ø Informasi
manfaat dan kegunaan batu mineral bagi manusia
Ø Gambar
penyebaran sumber daya mineral di Indonesia
Ø Rekaman
kegiatan eksplorasi sumber daya mineral
Ø Rekaman
kegiatan eksploitasi sumber daya mineral
Ø Informasi
penggunaan mineral dalam aktifitas sehari-hari secara tradisional
Ø Informasi
penggunaan mineral dalam aktifitas sehari-hari secara modern
Ø Cara
mengolah mineral dan energi
Ø Informasi
berbagai jenis bahaya geologi misalnya tanah longsor, letusan gunung api, dan
lain-lain
Ø Informasi
aspek positif geologi yang berkaitan dengan gunung api
Ø Penjelasan
cara memanfaatkan sumber daya air
Ø Penjelasan
pengaruh lingkungan terhadap kelestarian sumber daya alam
Lokasi
Museum Geologi Bandung
Museum Geologi Bandung beralamat di Jalan
Diponegoro Nomor 57, Bandung. Lokasi museum ini sangat mudah dicapai karena
berada di tengah kota dan banyak kendaraan umum yang lewat. Bila Anda ingin
menggunakan kendaraan umum, maka Anda bisa menaiki angkot dengan nomor 10.
Angkot yang bewarna kuning – hijau ini memiliki rute Stasiun Hall – Sadang
Serang. Bila menaiki angkot ini, mintalah untuk turun di pertigaan Masjid
Pusdai, kemudian setelah turun Anda harus menaiki angkot nomor 05 bewarna hijau
– hitam. Angkot ini mempunyai rute Cicaheum – Ledeng dan melewati Museum
Geologi Bandung. Museum Geologi Bandung terletak dekat dengan Gedung Sate,
salah satu ikon kota Bandung.
6.2. MUSEUM POS INDONESIA
Museum Pos Indonesia telah ada sejak masa Hindia
Belanda dengan nama Pos Telegraph dan Telepon (PTT). Pada tahun 1931 telah
dibuka Museum PTT yang terletak di bagian sayap kanan bawah Gedung Kantor Pusat
PTT, Jalan Cilaki, nomor 55, Bandung, (sekarang nomor 73). Atau tepatnya di
sayap timur gedung pusat pemerintahan Provinsi Jawa Barat yang lebih terkenal
dengan Gedung Sate. Pada 27 September 1983, Menteri Pariwisata, Pos dan
Telekomunikasi meresmikan PTT menjadi Museum Pos Indonesia.
Koleksi museum ini terdiri atas prangko-prangko
dari Indonesia dan berbagai negara yang sangat bersejarah, dengan jumlah
mencapai 131.000.000 keping perangko dan 200 koleksi peralatannya, yakni berupa
timbangan paket, alat cetak perangko, surat-surat berharga, armada pengantar
surat, dan lain sebagainya. Selain menyimpan peninggalan pos tersebut dalam
ruang pamer, Museum ini juga memiliki ruang social center yang dapat
diperuntukan bagi aneka kegiatan.
Dikelola secara swasta di bawah naungan PT. Pos
Indonesia Persero. Sebagian koleksi prangko dipajang dalam papan-papan kayu
yang dilindungi kaca sehingga bisa dinikmati langsung.Tetapi, ada sebagian
koleksi yang hanya bisa dilihat dengan bantuan petugas sebab koleksi itu
ditempel pada papan-papan yang disatukan secara vertikal. Sekilas papan-papan
yang disatukan itu seperti lemari kayu dengan ukuran 1,5 x 1 x 2,5 meter.
6.3. MUSEUM KONFERENSI ASIA AFRIKA
(Gambar
1.3. Museum Konferensi Asia Afrika)
Museum
Konferensi Asia Afrika merupakan salah satu museum yang berada di kota Bandung.
Terletak di Jl.Asia Afrika No.65. Museum ini merupakan memorabilia Konferensi
Asia Afrika. Museum ini memiliki hubungan yang sangat erat dengan Gedung
Merdeka. Secara keseluruhan Gedung Merdeka memiliki dua bangunan utama, yang
pertama disebut Gedung Merdeka sebagai tempat sidang utama, sedangkan yang
berada di samping Gedung Merdeka adalah Museum Konferensi Asia Afrika sebagai
tempat memorabilia Konferensi Asia Afrika.
Konferensi Asia Afrika yang diselenggarakan di
Bandung pada tanggal 18 sampai dengan 24 April 1955 mencapai kesuksesan besar,
baik dalam mempersatukan sikap dan menyusun pedoman kerja sama di antara
bangsa-bangsa Asia Afrika maupun dalam ikut serta membantu terciptanya
ketertiban dan perdamaian dunia. Konferensi ini melahirkan Dasa Sila Bandung
yang kemudian menjadi pedoman bangsa-bangsa terjajah di dunia dalam perjuangan
memperoleh kemerdekaannya dan yang kemudian menjadi prinsip-prinsip dasar dalam
usaha memajukan perdamaian dan kerja sama dunia. Kesuksesan konferensi ini
tidak hanya tampak pada masa itu, tetapi juga terlihat pada masa sesudahnya,
sehingga jiwa dan semangat Konferensi Asia Afrika menjadi salah satu faktor
penting yang menentukan jalannya sejarah dunia. Semua itu merupakan prestasi
besar yang dicapai oleh bangsa-bangsa Asia Afrika.
Jiwa dan semangat Konferensi Bandung telah
berhasil memperbesar volume kerja sama antar bangsa-bangsa Asia dan Afrika,
sehingga peranan dan pengaruh mereka dalam hubungan percaturan internasional
meningkat dan disegani. Dalam rangka membina dan melestarikan hal tersebut,
adalah penting dan tepat jika Konferensi Asia Afrika beserta peristiwa,
masalah, dan pengaruh yang mengitarinya diabadikan dalam sebuah museum di
tempat konferensi itu berlangsung, yaitu di Gedung Merdeka di Kota Bandung,
kota yang dipandang sebagai ibu kota dan sumber inspirasi bagi bangsa-bangsa
Asia Afrika. Sebagai Menteri Luar Negeri Republik Indonesia, Prof. Dr. Mochtar
Kusumaatmadja, S.H., LL.M., sering bertemu muka dan berdialog dengan para
pemimpin negara dan bangsa Asia Afrika. Dalam kesempatan-kesempatan tersebut
beliau sering mendapat pertanyaan dari mereka tentang Gedung Merdeka dan Kota
Bandung tempat diselenggarakannya Konferensi Asia Afrika. Berulang kali
pembicaraan tersebut diakhiri oleh pernyataan keinginan mereka untuk dapat
mengunjungi Kota Bandung dan Gedung Merdeka.
Terilhami oleh hal tersebut serta kehendak untuk
mengabadikan Konferensi Asia Afrika, maka lahirlah gagasan beliau untuk
mendirikan Museum Konperensi Asia Afrika di Gedung Merdeka ini. Gagasan
tersebut dilontarkan dalam forum rapat Panitia Peringatan 25 tahun Konferensi
Asia Afrika (1980) yang dihadiri antara lain Direktur Jenderal Kebudayaan Prof.
Dr. Haryati Soebadio sebagai wakil dari Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
Ternyata gagasan itu mendapat sambutan baik, termasuk dari Presiden RI
Soeharto. Gagasan pendirian Museum Konperensi Asia Afrika diwujudkan oleh Joop
Ave sebagai Ketua Harian Panitia Peringatan 25 Tahun Konferensi Asia Afrika dan
Direktur Jenderal Protokol dan Konsuler Departemen Luar Negeri, bekerja sama
dengan Departemen Penerangan, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Pemerintah
daerah Tingkat I Propinsi Jawa Barat, dan Universitas Padjadjaran. Perencanaan
dan pelaksanaan teknisnya dikerjakan oleh PT. Decenta, Bandung. Museum
Konperensi Asia Afrika diresmikan berdirinya oleh Presiden RI Soeharto pada
tanggal 24 April 1980 sebagai puncak peringatan 25 tahun Konferensi Asia
Afrika. GEDUNG MERDEKA (Tempat Berlangsungnya Konferensi Asia Afrika). Tahun
1895 Gedung Merdeka yang terletak di Jalan Asia Afrika Nomor 65 Bandung,
dibangun pertama kali pada tahun 1895 sebagai tempat berkumpulnya orang-orang
Eropa, terutama Belanda, yang tinggal di Bandung dan sekitarnya. Banyak di
antara mereka adalah pengusaha kebun teh dan opsir Belanda. Mereka mendirikan
sebuah perkumpulan yang dikenal dengan nama Societeit Concordia pada tanggal 29
Juni 1879. Tujuannya adalah "de bevordering van gezellig verkeera".
Sebagai tempat pertemuan, sebelumnya mereka biasa berkumpul, duduk-duduk sambil
minum teh, di Warung De Vries.
Selanjutnya (1895) mereka pindah ke gedung di
seberang Warung De Vries, yang diberi nama Concordia, dengan luas tanah 7.983
meter persegi. Pada tahun tersebut tempat ini hanya berupa bangunan sederhana,
yang sebagian dindingnya terbuat dari papan dan penerangan halamannya memakai
lentera minyak tanah. Bangunan ini berada di sudut jalan "Groote
Postweg" (sekarang Jalan Asia Afrika) dan "Bragaweg" (sekarang
Jalan Braga). Sisi sebelah kanannya berdekatan dengan kali Tjikapoendoeng
(Cikapundung) yang sejuk karena banyak ditumbuhi pohon rindang. TAHUN 1921
Gedung Societeit Concordia dibangun kembali pada tahun 1921 dengan gaya
arsitektur modern (Art Deco) yang fungsional dan lebih menonjolkan struktur
oleh perancang C.P. Wolff Schoemaker. Gedung ini berubah wajah menjadi gedung
pertemuan "super club" yang paling mewah, lengkap, eksklusif, dan
modern di Nusantara. Lantainya terbuat dari marmer buatan Italia.
Ruangan-ruangan tempat minum dan bersantai terbuat dari kayu cikenhout.
Penerangannya menggunakan lampu-lampu hias kristal. Ruangan-ruangan dalam
gedung cukup memadai untuk menampung kegiatan-kegiatan pertunjukan kesenian.
Luas seluruh tanahnya 7.500 m2.
Tahun 1940 Societeit Concordia kembali mengalami
perombakan pada tahun 1940 dengan gaya arsitektur International Style dengan
bantuan arsitek A.F. Aalbers. Bangunan gaya arsitektur ini bercirikan dinding
tembok plesteran dengan atap mendatar, tampak depan bangunan terdiri dari garis
dan elemen horizontal, sedangkan bagian gedung bercorak kubistis. Pada masa
pendudukan tentara Jepang (1942-1945), Gedung Societeit Concordia berganti nama
menjadi Dai Toa Kaikan dan difungsikan sebagai pusat kebudayaan. Setelah
proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1945, gedung
tersebut dijadikan markas para pemuda Indonesia di Bandung guna menghadapi
tentara Jepang yang tidak bersedia menyerahkan kekuasaannya.
Sekitar tahun 1949, sejak pemerintahan pendudukan,
Gedung Societeit Concordia diperbaiki dan difungsikan kembali sebagai Societeit
Concordia, tempat pertemuan orang-orang Eropa (termasuk juga beberapa orang
Indonesia). Di gedung ini kembali seperti biasa diselenggarakan lagi pertunjukan
kesenian, pesta, restoran, dan pertemuan umum lainnya. TAHUN 1955 Sehubungan
dengan keputusan pemerintah Indonesia (1954) yang menetapkan Bandung sebagai
tempat Konferensi Asia Afrika, maka Gedung Societeit Concordia terpilih sebagai
tempat berlangsungnya konferensi. Hal ini disebabkan gedung tersebut adalah
gedung tempat pertemuan umum yang paling besar dan paling megah di Bandung.
Selain itu lokasinya berada di tengah-tengah kota dan berdekatan dengan hotel
terbaik, yaitu Hotel Savoy Homann dan Preanger.
Sejak awal tahun 1955, Gedung Societeit Concordia
mulai dipugar untuk disesuaikan kegunaannya sebagai tempat penyelenggaraan
konferensi bertaraf internasional. Pemugaran gedung ditangani oleh Jawatan
Pekerjaan Umum Propinsi Jawa Barat yang dipimpin oleh Ir. R. Srigati Santoso.
Menjelang konferensi (7 April 1955), gedung ini diganti namanya oleh Presiden
Soekarno menjadi Gedung Merdeka. Untuk informasi lebih lajut, silakan kunjungi
website resmi Museum Konferensi Asia Afrika.
BAB
IV
PENUTUP
4.1 KESIMPULAN
Kami telah mengunjungi obyek Wisata Museum Geologi
, Museum Pos Indonesia dan Museum Sri
Baduga kesimpulan yang kami dapat bahwa di museum terdapat sejarah yang sangat
erat kaitannya dengan sejarah dari berbagai wilayah di Indonesia. dan kami pun
dapat menambah wawasan dan kami juga dapat menerapkan pembelajaran langsung ke
objek dengan pendekatan kotekstual.
4.2 SARAN
Adapun
saran saran yang dapat kami sampaikan adalah
bagi pelajar khususnya dan bagi masyarakat umumnya dengan adanya Museum
Geologi agar di jaga kelestariannya serta adanya perkembangan agar pada
waktunya kelak nantinya generasi penerus bisa mengetahuinya. Dan kami pun
berpesan bahwa sains perlu di kembangkan dan alam perlu di pelihara dan di jaga
agar ekosistem bumi dan ilmu pengetahuan bisa saling berpadu dan saling mengisi
sehingga dapat menciptakan keselarasan dan keseimbangan kehidupan umat manusia
No comments:
Post a Comment